Sekolah hati..ridho Allah itu terdapat pada ridho orang tua
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Kembali lagi tertampar, atau sekedar menjadi pengingat? Entahlah, yang pasti ini adalah apa yang sepatutnya dipegang oleh seseorang yang soleh/solehah. Peganglah. 🙂
Memang, sudah memahaminya secara otodidak dari cara saya memandang orang tua saya sendiri. Cara mereka mengajarkannya kepada saya. Lalu kejadian-kejadian di umur hidup duniawi ini, di mana orang tua adalah penuntun titik yang manusia akan tuju. Minggu malam kemarin dalam “sekolah hati” yang istiqomah untuk kesekian kalinya, kembali diingatkan lagi oleh mas Beringin dalam Kitabul Adab. Bahwa “ridho Allah itu terdapat pada ridho orang tua”.
Ibumu, Ibumu, Ibumu…lalu Bapakmu.
“Lhoh, jadi kita harus menurut semua kehendak orang tua?”
Iya, kecuali hal-hal syirik dan maksiat.
Sulitkah, tentu saja sulit jika kita berkehendak sesuai dengan ego kita. Itu tidak baik. Ego kita adalah pencipta kesombongan diri, sementara sikap tawadhu’ hadir saat kita bisa mengalahkan kesombongan kita. Lalu mana yang kita pilih, ego atau orang tua?
Mungkin mudah bagi saya untuk mendapatkan ridho Allah dari apa yang diridhokan orang tua saya. Karena orang tua saya toh memang orang yang biasa saja, terlahir sebagai orang desa lalu tetap bersahaja meskipun hidup di kota. Anteng, tidak “neko-neko”, “ngalahan”, simple dan lain-lain sifat baik mereka yang memang sebagian besar menurun ke anaknya, hihihi. ^,^ v
Tapi, apakah mudah bagi para orang tua untuk memberikan kata iya? Tidak.
Di balik kata “iya” ada kesedihan di saat mereka mengikhlaskan anak-anaknya untuk bekerja mencari nafkah di tempat yang jauh. Sementara selama belasan tahun hidup bersama di rumah yang bahagia.
Di balik kata “iya” ada kesedihan di saat mereka mengikhlaskan putrinya untuk berjodoh dengan lelaki lain. Lalu sepenuhnya tanggung jawab terhadap putrinya pun berpindah kepada menantunya.
Di balik kata “iya” ada kesedihan karena tiba-tiba rumah sepi. Tak ada anak-anak lagi yang berisik, yang “pethakilan”, masak nasi pun tak lagi sebanyak dulu dan segala kesepian lainnya.
Mereka, para orang tua juga akan berhadapan dengan ego mereka, keikhlasan mereka, yang memang harus dihadapi demi kebahagiaan anak-anaknya. Itulah.
Mengingatkan diri sendiri kembali, jika memang Allah berkehendak lewat ridho orang tua. Patuhi dan ikhlas dalam menghadapinya. Ada teka-teki dalam kehendak ini yang mungkin mengecewakan di saat sekarang ini tapi itulah sebenar-benarnya petunjuk demi kebaikan dan masa depan, dunia akhirat. 🙂
Wallahua’lam bishawab
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jogja, 3 Juni 2013
be brave
~ hestu
sulit…tapi harus T_T
Sekarang aku mengerti, makasih banyak mas/mbak Jarody Hestu..